Laman

Senin, 07 September 2015

MACAM-MACAM BENTUK KARAWITAN




Kalau kita tinjau dari segi hidangannya atau para penyajiannya, bentuk karawitan dapan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1.      Karawitan sekar
2.      Karawitan gending
3.      Karawitan sekar gending

PENGERTIAN KARAWITAN SUNDA



Apakah karawitan itu? pertanyaan itulah yang mungkin muncul dibenak kalian ketika kalian pertama kali diperkenalkan atau dihadapkan pada suatu mata pelajaran "Seni Karawitan.
Sebetulnya karawitan bukanlah hal yang baru bagi kita, terutama masyarakat Jawa Barat, kita pernah melihat atau mendengar suara gamelan degun pada acara resepsi pernikahan, khitanan dan sebagainnya, atau mendengar suara kecapi, suara geliknya suling, suara gesekan rebab dan sebagainya. Hal-hal tersebut di atas merupakan bagian dari karawitan.
Ditinjau dari segi bahasa, karawitan berasal dari kata “rawit” yang artinya halus atau indah. Jadi karawitan adalah kesenian yang bersifat halus dan indah.
Namun demikian untuk mendapat jawaban yang lebih mendalam, marilah kita lihat kutipan-kutipan pengertian karawitan  yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh berikut ini.
1.     Menurut Raden Mahyar Anggakusumahdinata:
Karawitan adalah seni suara atau seni musik.
2.     Menurut Atik Supandi S.Kar:
Dalam arti yang luas karawitan (atau kehalusan atau kesenian) meliputi seni tari, seni pedalangan, seni rupa dan seni sastra. Dalam arti yang khusus, karawitan adalah seni suara daerah yang berlaras pelog-salendro
            Dari beberapa pendapat atau definisi di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa karawitan adalah kesenian terutama seni suara yang berstandar pada laras pelog dan laras salendro.

SEJARAH KARAWITAN SUNDA



Karawitan atau kesenian merupakan bagian dari kebudayaan dan kebudayaan merupakan hasil budidaya manusia. Kesenian suatu bangsa lahir bersamaan dengan bangsa itu sendiri.
            Begitu juga dengan karawitan. Karawitan sudah ada sejak jaman prasejarah, ketika nenek moyang kita masih percaya akan hal-hal gaib, seperti percaya akan kekuatan roh-roh pada leluhurnya. Hanya bentuk dan tujuannya yang berbeda.
            Pada masa itu kesenian hanya diperuntukan untuk pengiring upacara-upacara persembahan pada roh-roh para leluhur, agar kita senantiasa diberi perlindungan dan dijauhkan dari marabahaya.
            Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan berupa beberapa jenis kesenian seperti:
Ø  Ruwatan (ngaruat)
Ø  Ngarajah
Ø  Kidung
Ø  Kuda lumping
Ø  Lais dan sebagainya
Pada perkembangan berikutnya, para ahli sejarah karawitan menemukan bahwa pada jaman Hindu-Budha, masyarakat Indonesia telah mengenal seni waditra berupa gamelan, dengan ditemukannya beberapa relief pada candi yang berupa lukisan-lukisan waditra karawitan.
Ketika agama islam mulai masuk ke indonesia, membawa pengaruh pula pada perkembangan karawitan. Sehingga banyak bermunculan seni-seni yang bernapaskan ajaran agama islam seperti: marhabaan, genjringan, solawatan, sekatenan, dan sebagainya.
Bersamaan dengan itu waditra-waditra karawitan pun bertambah pula jumlahnya. Gamelan yang pada permulaannya jumlah waditranya sangat sederhana, nada demi nada bertambah banyak, waditra demi waditra bertambah lengkap sesuai keperluan. Kecakapan penabuhannya pun makin bertambah maju, baik mengenai ilmunya, kekayaan lagunya ataupun teknik menabuhnya. Apalagi setelah ada sekolah yang khusus mempelajari, melestarikan dan mengembangkan seni karawitan seperti SMKI dan STSI (sekarang SMKN 10 dan ISBI), sehingga banyak bermunculan para seniman kreatif yang menciptakan karya-karya baru. Para seniman itulah yang selanjutnya memegang peranan penting dalam perkembangan karawitan. Namun tentu saja tidak semua hasil karya para seniman dapat hidup langgeng, banyak diantaranya karya mereka yang hilang begitu saja. Penyebabnya antara lain:
1.     Karena sudah tidak sesuai dengan jaman.
2.     Tidak didokumentasikan ke dalam bentuk not (titi laras) yang tertulis.