Karawitan atau kesenian merupakan bagian dari
kebudayaan dan kebudayaan merupakan hasil budidaya manusia. Kesenian suatu
bangsa lahir bersamaan dengan bangsa itu sendiri.
Begitu
juga dengan karawitan. Karawitan sudah ada sejak jaman prasejarah, ketika nenek
moyang kita masih percaya akan hal-hal gaib, seperti percaya akan kekuatan
roh-roh pada leluhurnya. Hanya bentuk dan tujuannya yang berbeda.
Pada
masa itu kesenian hanya diperuntukan untuk pengiring upacara-upacara
persembahan pada roh-roh para leluhur, agar kita senantiasa diberi perlindungan
dan dijauhkan dari marabahaya.
Hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan berupa beberapa
jenis kesenian seperti:
Ø Ruwatan
(ngaruat)
Ø Ngarajah
Ø Kidung
Ø Kuda
lumping
Ø Lais
dan sebagainya
Pada perkembangan
berikutnya, para ahli sejarah karawitan menemukan bahwa pada jaman Hindu-Budha,
masyarakat Indonesia telah mengenal seni waditra berupa gamelan, dengan ditemukannya
beberapa relief pada candi yang berupa lukisan-lukisan waditra karawitan.
Ketika agama islam
mulai masuk ke indonesia, membawa pengaruh pula pada perkembangan karawitan. Sehingga
banyak bermunculan seni-seni yang bernapaskan ajaran agama islam seperti:
marhabaan, genjringan, solawatan, sekatenan, dan sebagainya.
Bersamaan dengan itu
waditra-waditra karawitan pun bertambah pula jumlahnya. Gamelan yang pada
permulaannya jumlah waditranya sangat sederhana, nada demi nada bertambah
banyak, waditra demi waditra bertambah lengkap sesuai keperluan. Kecakapan penabuhannya
pun makin bertambah maju, baik mengenai ilmunya, kekayaan lagunya ataupun
teknik menabuhnya. Apalagi setelah ada sekolah yang khusus mempelajari,
melestarikan dan mengembangkan seni karawitan seperti SMKI dan STSI (sekarang
SMKN 10 dan ISBI), sehingga banyak bermunculan para seniman kreatif yang
menciptakan karya-karya baru. Para seniman itulah yang selanjutnya memegang
peranan penting dalam perkembangan karawitan. Namun tentu saja tidak semua
hasil karya para seniman dapat hidup langgeng, banyak diantaranya karya mereka
yang hilang begitu saja. Penyebabnya antara lain:
1. Karena
sudah tidak sesuai dengan jaman.
2. Tidak
didokumentasikan ke dalam bentuk not (titi laras) yang tertulis.